Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menerapkan lockdown Ibu Kota Manila sejak 12 Maret lalu. Kemudian, pemerintah memperluas area lockdown dengan mengisolasi Pulau Luzon dengan sekitar 60 juta penduduk dan berkontribusi sebanyak 70% dari total perekonomian Filipina.
Penerapan lockdown ini pun telah memiliki beberapa dampak negatif yang dirasakan masyarakat, seperti tweet dari @wo_pil yang kini telah disukai belasan ribu orang di Twitter.
this happened just today. there was a rally in quezon city because people were complaining about the lack of relief goods and here u can see the military using force to address the situation. https://t.co/Z8XYhe8k83
— 🎈 (@wo_pil) April 1, 2020
Video di atas menampilkan warga kota Quezon tengah ditahan oleh militer Filipina setelah melakukan protes terhadap minimnya bantuan bahan pangan. Peristiwa yang terjadi kemarin, Rabu (1/4) tersebut mengakibatkan 21 orang yang ditahan oleh polisi karena telah melaksanakan demonstrasi tanpa izin dari pemerintah.
Merespon peristiwa tersebut, Wali Kota Quezon Joy Belmonte membantah hal tersebut. Ia menyatakan bahwa sejak diterapkannya lockdown, pihaknya telah membagikan lebih dari 950 ribu paket bantuan makanan kepada keluarga-keluarga yang membutuhkan.
Meski begitu, pemerintah kota Quezon kini telah mengakui bahwa setelah berkeliling, ternyata sejumlah warga yang ditanyai belum mendapatkan bantuan bahan pangan.
Diperkirakan bahwa sekitar 18 juta rumah tangga dengan penghasilan rendah di Filipina belum mendapatkan bantuan finansial dari pemerintah pusat. Sebelumnya, pada 16 Maret lalu, pemerintah Filipina menjanjikan untuk memberikan subsidi berupa bantuan tunai sebesar 98 - 157 dolar AS atau sekitar 1,6 hingga 2,6 juta rupiah bagi keluarga miskin.
BREAKING: Some 20 protesters demanding food and other assistance were arrested in Quezon City for staging a rally without government permit https://t.co/OZGpdqjcnJ
— CNN Philippines (@cnnphilippines) April 1, 2020
Presiden Duterte juga telah mengecam peristwa protes tersebut, karena telah melanggar peraturan ketat lockdown yang melarang terjadinya kerumunan orang banyak. Ia pun tidak segan menyatakan bahwa jika ada warga yang melanggar peraturan tersebut maka akan ditembak mati oleh polisi dan militer.
Dalam pidato nasional yang disiarkan di televisi pada Rabu (1/4) malam tadi, Duterte mengatakan, "Biarkan ini menjadi peringatan bagi semua. Ikuti pemerintah saat ini karena sangat penting bahwa menuruti perintah.
"Perintah saya kepada polisi dan militer, jika ada yang membuat masalah, dan hidup menjadi dalam bahaya: tembak mati mereka."
Like the true utak-pulbura that he is, the fascist madman Rodrigo Duterte responds to mass hunger and public unrest with the marching order that he seems to love so much: “Shoot them dead.” #OustDuterteNow pic.twitter.com/H3J5OXf36l
— Philip Jamilla (@pmjamilla) April 1, 2020
Pernyataan Duterte itu kini tengah membuat warga Filipina semakin cemas, terutama yang sedang berada dalam lockdown di Pulau Luzon. Peraturan yang diterapkannya mengenai lockdown dinilai sangat ketat. Pada 19 Maret lalu setelah menutup penuh Pulau Luzon, Duterte menginstruksikan para warga negara asing untuk meninggalkan pulau dalam waktu 3 hari.
Hingga hari ini, Filipina telah melaporkan sedikitnya 2.300 kasus positif COVID-19 yang telah menyebabkan 96 kematian.
No comments:
Post a Comment